Kasih – Tahta KehadiranNya

Senin, 14 Maret 2011: Hari biasa Pekan I Prapaskah

Im 19:1-2,11-18, Mzm 19:8,9,10,15,  Mat 25:31-36

Jika hidup hari demi hari adalah sebuah buku, amal kasih menjadikannya sebuah Kitab Suci.

Jika hidup hari demi hari adalah sebuah perayaan, amal kasih menjadikannya sebuah Liturgi.

Bacaan pertama hari ini memaparkan penghayatan iman bangsa Yahudi: kekudusan bangsa Pilihan tergantung dari kehadiran Allah di tengah mereka dan kehadiran Allah menjadi nyata ketika kasih mewarnai kehidupan umat, dalam beragam perwujudannya seperti keadilan, kebenaran, saling menolong.

Bacaan Injil mempertegas hal ini : barangsiapa tidak berbuat kasih, dia tidak menyambut kehadiran Tuhan, sebab Tuhan Yesus menyamakan DiriNya dengan mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit dan dipenjara.

Maka kasih lebih dari aturan dan perintah moral. Kasih adalah cara hidup para murid Yesus. Sebuah kidung tentang kasih telah ditulis begitu indah oleh St Paulus dalam surat kepada umat di Korintus (1Kor. 13 :1-13). Ketika umat di Korintus berlomba-lomba jadi yang terhebat dengan membanggakan karunianya masing-masing, Paulus menasihatkan mereka untuk berjalan di jalur utama : jalur kasih.

Musuh kasih bukanlah perang atau perkelahian ; musuh kasih adalah égoïsme.

Di akhir suratnya yang pertama kepada umat di Korintus, St Paulus menulis : lakukanlah setiap pekerjaanmu dalam kasih (1Kor 16 :14) :

Kalau belajar, belajarlah didorong oleh kasih maka belajarnya jadi sebuah doa

Kalau nyupir mobil , menyupirlah dengan kasih maka mobilnya akan jadi kapel berjalan

Kalau bekerja di kantor, bekerjalah dengan kasih maka pekerjaannya akan jadi hosti untuk perayaan ekaristi

6 jalan sederhana ditawarkan Ibu Teresa dari Kalkuta supaya orang dapat merasa damai dan bahagia, supaya orang dapat hidup dalam kasih :

buah hening adalah doa

buah doa adalah iman

buah iman adalah cinta

buah cinta adalah pelayanan

buah pelayanan adalah kedamaian

 

Apakah aku sudah mengawali hari ini dengan penyerahan diri pada Yesus agar setiap tindakanku diubahNya menjadi tindakan penuh kasih ?

Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi

Adam dan Yesus

HARI MINGGU PRAPASKAH I , 13 Maret 2011

Kej 2:7-9, 3:1-7, Mzm 51:3-4,5-6a,12-13,14,17, Rm 5:12-19, Mat 4:1-11

Mari kita bandingkan kesamaan dan perbedaan yang ada di antara bacaan pertama dan bacaan Injil.

Bacaan pertama mengisahkan Adam dan Hawa yang ditempatkan Tuhan di taman Firdaus yang berlimpah dengan pohon buah-buahannya ; sementara Yesus, Allah yang menjadi manusia, dibawa ke padang gurun yang sama sekali tidak memberikan penopang kehidupan.

Manusia pertama berjumpa dengan ular, yang disebut sebagai hewan yang paling cerdik yang diciptakan Tuhan ; sementara Yesus berjumpa dengan Setan, yang disebut sebagai pihak yang mencobai.

Nenek moyang manusia digoda oleh ular dalam tiga tahap : 1)  dengan sebuah pertanyaan yang isinya memutarbalikkan firman Tuhan tetapi maksudnya adalah mendorong manusia untuk menjadi penguasa firman dan bukan pendengar firman (tentulah Tuhan berfirman : semua pohon di taman ini jangan kamu makan buahnya ?) ;

2) setelah berhasil membuat manusia merasa menjadi tuan atas firman Tuhan, kini ular menawarkan suatu penafsiran atas firman Tuhan itu yang intinya adalah : Tuhan itu pembohong ; firmanNya jangan dipegang ; lakukan apa yang Tuhan larang dan jangan lakukan apa yang Dia perintahkan (sekali-kali kamu tidak akan mati…)

3) dan pada tahap terakhir ular bertindak seolah menghargai kebebasan manusia dengan diam dan membiarkan manusia untuk memilih ; padahal pilihan manusia sudah lenyap sejak tahap pertama (manusia itu melihat buah itu sungguh menarik….)

Tuhan Yesus digoda juga dalam tiga tahap, yang semuanya menyangkut makna menjadi Anak Allah :1) menurut Setan, Anak Allah adalah Dia yang mampu memenuhi seluruh keinginanNya (Jika Engkau Putra Allah, ubahlah batu ini menjadi rôti…). Menurut Yesus, Anak Allah adalah Dia yang lebih suka mendengarkan dan memenuhi kehendak Bapa (manusia hidup dari firman Allah)

2)menurut Setan, Anak Allah adalah Dia yang diterima oleh orang banyak karena mampu menunjukkan perbuatan ajaib yang hanya datang dari Tuhan (para malaikatNya akan menatang Engkau…). Menurut Yesus, Anak Allah adalah Dia yang tidak menyandarkan kepercayaan pada Allah BapaNya berdasarkan apa kata orang dan kejadian-kejadian ajaib ; Anak Allah adalah Dia yang teguh percaya bahwa Allah mengendalikan sejarah melalui peristiwa biasa sehari-hari (jangan mencobai Allahmu…)

3) akhirnya, menurut Setan, Anak Allah adalah Dia yang harus berdiri seperti Allah dan menyaingi Allah (semua kekuasaan itu akan kuberikan asal Kau menyembah aku…). Menurut Yesus, hanya satu yang harus disembah, yaitu Allah Bapa (enyahlah Iblis, ada tertulis : sembahlah Tuhan Allahmu)

Sementara Adam dan Hawa percaya begitu saja pada ular, dengan kekuatan firman Tuhan, Yesus membantah setiap bujuk rayu setan.

Manusia akan bahagia kalau memenuhi tujuan hidupnya yang paling dalam. Tujuan hidup terdalam manusia adalah mendengarkan dan melaksanakan firmanNya.

Keengganan Adam dan Hawa untuk mendengarkan dan melakukan firman Tuhan merendahkan diri mereka sendiri (malu karena tahu telanjang), membuat mereka takut dan merasa bersalah (bersembunyi dari sesama dan Tuhannya) dan ujungnya adalah kekerasan dalam wujud saling menyalahkan (Adam menuding Hawa dan Hawa menuding ular) serta pembunuhan (Kain membunuh Habel).

Kisah Adam dan Hawa adalah kisah kita semua, manusia yang lemah dan mudah jatuh dalam dosa.

Ketaatan Yesus membuatNya mulia, berani, dan terungkap dalam cinta dan pengampunanNya.

Kisah Yesus adalah kisah kita juga, yang telah ditebusNya dan mau hidup bersama Dia.

Kita seperti anak kecil, yang merengek-rengek minta dibelikan rumah-rumahan yang dijual di toko pinggir jalan, sementara orang tua yang begitu mengasihi kita telah mewariskan sebuah istana megah untuk kita tempati sepanjang hidup kita.

Ketika kita sadar, betapa agung dan indah warisan yang Tuhan berikan, pada saat itulah kita mampu sampai pada penghayatan iman yang sejati, yang melampaui pemenuhan hukum dan aturan belaka.

Iman berarti : merindukan Tuhan di atas segalanya ; mencintai Tuhan di atas segalanya …. Solo Dio basta – Hanya Tuhan, dan cukup bagiku.

Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi

Puasa

Jumat sesudah Rabu Abu , 11 Maret 2011

Yes 58:1-9a,  Mzm 51:3-45-6a18-19, Mat 9:14-15

Ada yang berpuasa tapi tidak bertobat (Yes 58 :4-5, engkau berpuasa sambil berbantah-bantahan, menindas sesamamu…), ada yang tidak berpuasa tetapi sungguh bertobat (Lukas 19 :2-8, kisah Zakheus).

Beberapa kisah yang terjadi pada awal masa puasa :

Seorang mahasiswa yang mencari tambahan uang saku dengan menjual makanan bikinannya sendiri bertanya tentang menu untuk keesokan harinya : bagaimana kalau besok saya buatkan spaghetti ?

Temannya yang memang doyan spaghetti spontan mengangguk senang. Tetapi tiba-tiba menyeruak satu suara protes : tidak bisa, besok kan hari Jumat, hari pantang.  Mahasiswa yang doyan spaghetti, yang juga orang Katolik, tertunduk lesu. Si penjaja makanan mendekatinya sambil berbisik : ya sudah, tidak apa-apa. Besok aku buatkan spaghetti khusus buatmu…

Kisah lainnya terjadi di sebuah âsrama para calon imam. Semua penghuni âsrama dikejutkan melihat menu siang hari itu : opor daging sapi. Mereka terkejut sebab hari itu adalah hari Rabu Abu, awal puasa. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi di sebuah seminai? Jelas kepala dapur salah melihat kalender.

Diskusi pun berkembang di ruang makan : menyantap opor daging sapi yang terlanjur dimasak untuk ratusan kepala, atau tidak menyentuhnya sama sekali untuk menghormati peraturan pantang dan puasa ?

Entah disadari atau tidak, penghayatan kita akan pantang dan puasa masih harus menembus level peraturan dan hukum untuk sampai pada maknanya yang sejati.

Di zaman Yesus, kebiasaan mengadakan puasa secara rutin adalah tanda kesalehan. Orang-orang Farisi dan para murid Yohanes, golongan paling saleh di antara orang-orang Yahudi, melakukan puasa rutin dua kali setiap minggunya.

Para murid Yesus tampaknya tidak memiliki tanda kesalehan ini. Mereka tidak berpuasa secara rutin walau itu tidak berarti mereka selalu berkelimpahan makanan (para murid tidak selalu dapat memuaskan rasa laparnya secara wajar, lihat misalnya Markus 2 :23, para murid mengambil bulir-bulir gandum di hari sabat untuk santapan mereka).

Ketika orang Farisi dan para murid Yohanes mempertanyakan kesalehan para muridNya, Yesus berkata bahwa kesalehan mereka tidak diperlihatkan semata-mata dengan puasa. Kesalehan mereka nampak jelas dengan berada bersama Sang Mempelai, yaitu Sang Mesias, Yesus sendiri.

Kalau pun para murid berpuasa, mereka melakukannya bukan untuk pâmer kesalehan, tetapi sebagai sebuah kesaksian bahwa dunia masih harus menantikan sukacita yang paling besar yaitu hidup bersama Allah melalui Sang Putra di kehidupan kekal.

Maka, puasa orang Kristen bukanlah puasa dalam kesedihan tetapi justru dalam sukacita. Doa, puasa dan perbuatan amal adalah ungkapan wajar setiap orang yang telah disentuh Tuhan. Doa, puasa dan perbuatan amal juga sarana untuk dapat mengasihi Tuhan dan sesama lebih sungguh.

Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi

 

Aku

 

Yl 2:12-18,  Mzm 51:3-4,5-6a,12-13,14,17,  2Kor 5:20?6:2,  Mat 6:1-6,16-18

Seorang bayi belajar menemukan dirinya dengan pertama-tama mengenal orang-orang di sekitarnya. Maka, kata pertama yang diucapkan seorang bayi merujuk pada orang lain : papa atau mama. Ajaib kalau seorang bayi mengucapkan « aku » sebagai kata yang pertama kali keluar dari mulutnya.

Melakukan kewajiban âgama dalam bentuk amal kasih, berdoa, dan berpuasa adalah langkah nyata untuk menjadi bahagia dengan membuat yang lainnya bahagia. Seperti bayi yang pelan-pelan dapat berkata « aku » setelah ia pertama-tama menyebut yang lainnya, demikian juga setiap pribadi akan mengalami kebahagiaan sejati ketika berhasil keluar dari penjara cari kepentingan diri.

Bukan lagi « aku » yang menjadi kata utama, tetapi « kita ». Hebatnya, dalam kebahagiaan « kita », aku pun turut bersukacita.

Orang munafik dalam Injil hari ini menyalahgunakan perbuatan keagamaan untuk cari kepentingan diri, yaitu cari peng-aku-an. Mereka ingin langsung mengucapkan  « aku » tanpa belajar lebih dulu mengucapkan « kamu ». Mereka seperti bayi ajaib yang bisa berkata « aku » tanpa mama dan papa.

Tuhan Allah memilih untuk hadir-tersembunyi dalam kebesaranNya. Allah tidak butuh peng-aku-an sebab Dia adalah YAHWE : Aku adalah Aku. Manusia dapat berkata « aku » karena ada Engkau. Maka, hanya dengan tinggal dan berbincang-bincang dengan Dia, yang berkenan disapa Engkau, manusia dapat berbahagia, manusia dapat menyebut « aku ».

Orang munafik ingin menyebut « aku » tanpa Tuhan. Murid Kristus belajar menyebut « aku » dalam relasi dengan « Engkau », Tuhan dan Allahnya.

Di mana sang « Engkau » dapat dialami ? Melalui para rasul, Tuhan Yesus mempercayakan jalan menuju pengalaman itu. Kitab Suci dan Sakramen-sakramen adalah sarana yang diberikan Allah melalui GerejaNya untuk mengalami perjumpaan dengan Sang Engkau. Akrabi Allah melalui permenungan Kitab Suci dan doa-doa Gereja, setiap hari.

Masa tobat adalah masa untuk belajar menyebut « aku » bersama Tuhan ; adalah masa untuk mencari peng-aku-an dari Tuhan semata, bukan dari ilah-ilah lainnya : popularitas, kesenangan, kekuasaan, kekayaan.

Selamat memasuki Retret Agung.

Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi

 

 

Berikan Pada Allah

Selasa, 8 Maret 2011

Tb 2:9-14,  Mzm 112:1-2,7bc-8,9Mrk 12:13-17

Dalam bukunya  Yesus Putra Manusia, Kahlil Gibran melukiskan keterpesonaan Maria Magdalena terhadap Yesus dalam satu dialog singkat berikut :

+ Sudilah Tuan singgah ke dalam rumahku ?

– Maria, Bukankah aku sedang singgah di dalam rumahmu ?

Maria Magdalena ingin menguasai Yesus hingga tidak sadar bahwa Tuhan sebenarnya sudah berada di dalam rumah batinnya, di lubuk hatinya yang terdalam.

Seringkali orang gagal berjumpa dengan Tuhan karena enggan melepaskan gambaran tertentu tentang Tuhan : sebagai Hakim dan polisi moral, sebagai tukang pembuat mukjijat, sebagai bapak berjenggot putih yang jauh dari dunia manusia, dan sebagainya.

Seringkali orang gagal berjumpa dengan Tuhan karena menganggap SabdaNya adalah serentetan aturan moral atau perintah yang harus dijalankan.

Apa pun gambaran yang orang punya, Allah pertama-tama adalah Dia yang lebih dahulu rindu untuk berjumpa dengan kita. Biarkan Dia menjumpai dan menguasai hidup kita.

Apa pun bunyinya, sabda Allah pertama-tama adalah Allah yang bersabda. Dengarkan dan biarkan Dia hadir dalam sabdaNya untuk kita.

Injil hari ini menunjukkan kegagalan orang Farisi khususnya dan orang Yahudi pada umumnya untuk berjumpa dengan Allah dalam pribadi Yesus. Mereka menyamakan Allah dengan Tuhan Bangsa Yahudi yang akan mengangkat derajat Bangsa Pilihan dan menghancurkan bangsa kafir.

Bagi Yesus, perkaranya jauh melampaui patriotisme atau bahkan kebanggan akan âgama dan iman tertentu. Inti iman yang Yesus bawa adalah : jadikan hidupmu sepenuhnya milik Allah sebab di dalam dirimu ada Firman yang menciptakanmu dan ada Wajah Allah yang menjadi jati dirimu; persis seperti setiap uang yang dikeluarkan pemerintahan Roma harus diberikan kembali kepada kaisar sebab di sana ada tulisan dan gambar kaisar.

Pada intinya, perjalanan hidup beriman adalah pemurnian untuk mampu menyembah Allah yang benar dan menyingkirkan ilah-ilah buatan manusia, yang namanya bermacam-macam : kesenangan, kesombongan, kenikmatan, dendam, kekayaan, kekuasaan, popularitas, dan sebagainya.

Dan inilah Allah yang sejati, yang harus disembah dan diikuti : Yesus, yang tersalib dan bangkit mulia, yang sebentar lagi kisah sengsaraNya akan kita renungkan dalam masa pertobatan.

Dia sudah singgah di dalam rumah kita untuk berbincang dengan kita dan menampakkah wajahNya.

Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi