Senin, Pekan Biasa 12
Kejadian 12,1-9; Matius 7,1-5
“Janganlah engkau menghakimi,” sabda Tuhan hari ini.
Saya bayangkan, dari ribuan orang yang berkumpul di atas bukit untuk mendengarkan pengajaranNya, ada banyak yang akan bertanya: kalau saya tidak menghakimi sesama, lalu apa lagi yang tersisa?
Ada orang yang merasa hampa kalau tidak menghakimi sesamanya. Aku ada untuk menghakimi sesamaku. Itu prinsipnya. Pertanyaannya adalah mengapa orang suka menghakimi?
Salah satu alasan mengapa orang suka menghakimi adalah ruang batin yang penuh sesak dengan kesibukan, rencana, keinginan, impian sampai tidak memberi tempat pada keheningan. Seperti air akan meluber keluar dari gelas yang terisi penuh, demikianlah penghakiman juga akan keluar dari batin yang sesak oleh kepentingan. Penghakiman dibuat untuk membela apa yang menjadi kepentingannya: semakin banyak kepentingan semakin sering penghakiman.
Dalam bacaan pertama dikisahkan bagaimana Abraham mengawali hidupnya bukan sebagai hakim tetapi sebagai berkat bagi banyak orang. Hidup sebagai berkat diawali dengan pergi meninggalkan tanah leluhur, Kaldea, menuju tanah baru, tanah terjanji, Kanaan.
Abraham tidak dapat menjadi berkat dengan memegang erat-erat kepentingannya sendiri. Ia hanya dapat menjadi berkat ketika mau menerima Allah dan firmanNya di atas segala-galanya. Untuk dapat menerima Allah dan firmanNya, dibutuhkan ruang hening di dalam batin di mana Allah dapat tinggal dan bercakap-cakap dengannya.
Maka, ketika mulai terbit dorongan untuk menghakimi sesama, segera munculkan juga tanya: mengapa aku butuh menghakimi dia? Tidak puaskah aku dengan hidupku sendiri? Bagaimanakah relasiku dengan Allah Penciptaku?
Menanggapi firman Tuhan hari ini, kita dapat meneliti batin kita: berapa kali aku menghakimi sesamaku hari ini baik itu di dalam pikiran, perkataan, maupun sikap (misalnya lewat tatapan mata curiga penuh prasangka daripada sapa, lewat kepalan daripada jabatan tangan, atau lewat senyum sinis daripada manis). Dan malam nanti, sebelum tidur, mari berlatih mengosongkan diri sambil membiarkan Tuhan merajai seluruh diri kita dalam keheningan.
Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi
Halloooowww… Mo Ut…..
Pa Kabar…
seneng sekali Romo ud mulai nulis renungan lagi….. 🙂
Tks.. ya Mo…
tapi renungannya jangan sering bolong donk Mo….
waktu baca tulisan MoUt yg bilang ada org yg hampa kalau tidak menghakimi orang,
jd ingat iklan rokok : Seneng lihat orang susah, susah lihat orang seneng”
mungkin ini juga salah satu sifat yang bisa buat orang saling menghakimi yach Mo…
yaitu iri hati…
mudah2an kita semua dihindarkan dari perbuatan menghakimi orang, karena penghakiman hanya Hak Tuhan.. bukan hak kita..
Sekali lagi Terimakasih banyak Mo Ut… untuk renungan hari ini…
kiranya kita semua makin dimampukan untuk membiarkan Tuhan merajai hidup kita..
Tuhan Yesus Memberkati
Bunda Maria Melindungi
Amien…
Siplah Yen.
Moga terus mengalir ya renungannya.