TerimaKasih Umat Muslim Di Kampungku

Terima kasih umat Muslim kampungku, karena telah membantuku lebih menghayati iman Kristenku

Setiap lembaran hariku dibuka oleh lantunan azan subuh dari mesjid dekat rumah, yang tidak saja mengundang setiap muslimin dan muslimah untuk beribadah, tetapi juga diriku yang waktu itu masih kanak-kanak, untuk sadar dari mimpi dan bangun menyembah Dia, yang kita sapa bersama sebagai Tuhan Allah. Terima kasih azan subuh, karena telah membantuku untuk memulai lembaran hari baru dengan menyapa dan mendengarkan Allah Sang Pencipta.

Jemari kenangan menuntunku sampai ke depan pintu sebuah warung bakso di mulut gang dekat rumah, yang punya banyak pelanggan. Ya, di sini sering kulewati waktu makan siangku bersama kakak perempuanku, masih dengan seragam sekolah membalut badan dan tas sarat buku tergantung di pundak. Sambil menyantap bakso urat menu kesukaan, mataku sering terpaku pada gambar orang yang duduk bersholat dan di bawahnya terpampang sebuah kalimat singkat: berdoalah sebelum kamu didoakan. Sebuah pesan singkat namun padat dan terpatri begitu kuat sampai dapat mengguncang diri manakala kemalasan berdoa hinggap hendak menguasai. Terima kasih abang tukang bakso, seorang muslim yang taat, yang sudah memasang stiker pengingat sholat, karena telah membantuku untuk tidak malas berdoa selagi nafas masih ada.

Bulan Ramadhan adalah salah waktu terindah di putaran tahun masa kanak-kanakku dulu. Bersama teman-teman yang bersarung dan berpeci, aku ikut belajar memukul bedug bergantian. Ketika mereka berdoa di mesjid, aku duduk di lapangan bertanah merah, sambil memandang langit cerah berhiaskan bulan – bertaburkan bintang. Seusai mereka berdoa, kami bermain ‘bentengan’ bersama di lapangan atau petak umpet sampai di kuburan. Terima kasih teman-teman masa kecilku, yang menerimaku sebagai sesama anak-anak dan membantuku mengalami indahnya hidup sebagai sesama anak-anak Allah.

Kini, hampir 30 tahun telah berlalu. Jauh dari tanah air, kurindu alunan azan subuh, kurindu bakso urat buatan seorang muslim yang taat dan kurindu bunyi bedug dan kerupuk sambal jajanan setempat. Dari sini, aku hanya bisa bersyukur sambil berdoa, semoga di tanah airku, banyak anak-anak masih bisa mengalami waktu-waktu indah, seperti yang dulu kami lewati bersama.