Amos 5: 14-15.21-24
”Berdoa bukanlah pengisi waktu luang kaum lanjut usia. Jika dipahami dan dihayati secara benar, doa adalah sarana penuh daya bagi tindakan manusia” ( Mahatma Gandhi) =
Nabi Amos mengkritik secara keras praktek peribadatan bangsanya. Mereka berpikir bahwa nyanyian pujian dengan gambus, korban bakaran, korban sajian dan korban keselamatan dalam rupa ternak tambun, dapat menggantikan perbuatan adil.
“Aku benci, Aku menghinakan perkumpulan rayamu, aku tidak suka perayaanmu… Aku tidak memandang korban-korbanmu.” Begitulah firman Tuhan yang disampaikan melalui mulut nabi Amos. Relasi dengan Tuhan (doa dan korban) tidak pernah dapat dipisahkan dari bagaimana si pendoa berelasi dengan sesamanya (keadilan).
Daripada memandang berlimpahnya korban bakaran dan persembahan, Tuhan lebih memilih “… keadilan yang bergulung-gulung seperti air dan kebenaran mengalir tiada henti seperti sungai.”
Marilah hari ini berdoa, supaya kita semakin berani mengenyampingkan egoisme masing-masing, merelatifkan perasaan suka-tidak suka, dan berani memilih melaksanakan tugas dengan setia, demi kepentingan bersama.
“…jadilah kehendakMu di atas bumi SEPERTI di dalam surga…. ampunilah kesalahan kami SEPERTI kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami”
Bumi Batavia, Rebo Subuh, hari pertama Juli 2020