Pada tanggal 15 Agustus kali lalu, saya menerima email yang isinya sebagai berikut:
maaf romo, sebelumnya kenalkan nama saya ….
romo dan saya memang belum pernah bertemu romo, tapi saya tertarik tentang tulisan romo di bagian comment di artikel pada link berikut
jujur saja romo, dulu saya adalah mantan seminari menengah canisius di Mertoyudan namun hanya setahun (alias baru sampe KPP) saya sudah dikeluarkan karena dinilai tidak cukup kuat panggilanny romo, hehehehe. oke tapi email ini bukan untuk membicarakan kenapa saya dikeluarkan romo, itu buat lain waktu lah ya~
kenapa saya tertarik tentang Extra Ecclesiam Nulla Salus ??? karena seingat saya dulu saat saya diajarkan sejarah gereja dulu, oleh romo yang mengajar dikatakan bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus dihilangkan, bahwa sebenarnya di luar gereja pun tetap ada keselamatan selama individu yang terkait mengenal dan mengikuti jalan Yesus…maka sampai sekarang pun saya selalu dengan bangga mengatakan kepada siapa saja yang bertanya, bahwa gereja katolik pasca Konsili Vatikan II telah berkembang dan berubah menjadi lebih baik dan lebih terbuka….namun kemudian argumen saya di atas ditentang oleh admin sebuah fanpage di facebook, dan saya menjadi penasaran sehingga mencari tahu kemudian saya membaca kedua artikel berikut … dikatakan bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus harus diartikan secara pengertian gereja dan bukan pribadi, dan bahwa seharusnya Kristus dan Gereja tidak dipisahkan serta bahwa KEBENARAN dan KESELAMATAN adalah hal yang berbeda.
Jujur romo, iman saya terguncang ~ saya merasa bahwa apa yang saya yakini selama ini ternyata hanya ilusi pribadi saya saja bahwa iman saya tentang kebaikan dan kemurahan Allah Bapa menawarkan keselamatan yang sama kepada semua umat beragama di dunia, apapun agamanya, dikhianati oleh agama saya sendiri yang saya sangat hormati …. tolong romo, berikan pencerahan ataupun mungkin tulisan yang bisa membantu saya merenungkan dan mendoakan hal ini romo~ saya baca romo sedang mempelajari teologia dan dogma di Perancis, mungkin romo bisa memberi sedikit nasihat atau apapun itu untuk saya romo??
terima kasih sebelumny romo, maaf kalo sekirany mengganggu studi romo…tapi saya takut romo, takut merasa dikhianati yang kedua kali romo
mohon bantuanny romo
berkah Dalem
Sebelum menanggapi pertanyaanmu, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk emailnya.
Persis seperti yang kamu tulis dalam email tadi, ungkapan Extra Ecclsiam Nulla Salus (EENS) harus ditafsirkan sesuai dengan tradisi Gereja. Dan di mana tafsiran semacam itu dapat ditemukan? Ia bisa dilihat di dalam Katekismus Gereja Katolik, khususnya dalam butir 846-848. Secara ringkat, penafsiran dalam ketiga butir tersebut dapat saya rumuskan demikian:
Ajaran Extra Ecclesiam Nulla Salus bertujuan menegaskan keagungan iman yang dihidupi dan dirayakan Gereja dan tidak bertujuan menghukum atau mengucilkan umat dari agama lainnya.
Saya akan merinci rumusan tersebut satu persatu.
1. Ajaran EENS bertujuan menegaskan keagungan iman yang dihidupi dan dirayakan Gereja. Secara positif, EENS harus diartikan sebagai ajaran Gereja yang menyatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya (KGK 846). Dengan kata lain, EENS menegaskan perlunya iman, baptis dan Gereja demi keselamatan (LG 14). Mengapa hal tersebut perlu?
Dalam ajaran Kristen, iman berarti kepercayaan penuh akan Allah Tritunggal (Allah sebagai Bapa yang dikenal secara penuh dalam Yesus Kristus berkat kuasa Roh Kudus). Karena iman lebih dari sekedar pengetahuan tetapi penyerahan diri secara total, maka orang yang beriman pada Allah Tritunggal sebenarnya orang yang menyerahkan diri pada Allah Tritunggal, menjadi milik Allah Tritunggal dan hidup dalam misteri Allah Tritunggal.
Tanda bahwa ia menjadi milik Allah adalah Baptis: dibaptis berarti hidup sebagai milik Kristus dan hidup seperti Kristus dalam arti mati atas dosa agar hidup sepenuhnya untuk Bapa berkat kuasa Roh Kudus.
Mereka yang menjadi milik Kristus dipanggil untuk hidup dalam komunitas para muridNya, yaitu Gereja. Di dalam komunitas inilah iman tersebut dihayati dan pembaptisan dirayakan.
Dalam Gereja, kita menerima iman bahwa Allah Sang Pencipta berkenan menjadi manusia dan tinggal di tengah kita ; dalam Gereja kita meyakini bahwa Allah menjadi manusia untuk menunjukkan kasih Bapa bagi setiap orang; kasih ilahi yang begitu agung berpuncak pada sengsara dan wafat Kristus Tuhan di kayu salib; dan kesaksian kasih Yesus ini dibenarkan oleh Allah Bapa dengan membangkitkanNya dari antara orang mati; dan Roh Kudus diutus agar Gereja tidak pernah berhenti menyelami kedalaman makna perwahyuan suci ini. Apa yang dibuat Kristus, saat ini dilanjutkan oleh Gereja, khususnya dalam perayaan sakramen-sakramen.
Penjelasan di atas mungkin tidak mampu mengungkapkan keagungan iman kita. Maka saya ingin menambahkan sebuah kesaksian dari seorang ibu kepada anaknya yang baru saja ditahbiskan menjadi imam: “Nak, iman Katolik itu sungguh besar. Banyak agama mengajarkan keagungan Allah. Tetapi, hanya dalam Gereja Katolik diajarkan bahwa Allah yang mahagung menjelma menjadi manusia, tinggal di tengah manusia, dan menderita sengsara dan wafat untuk manusia…“
Singkat kata, secara positif, ajaran EENS mau mengajak setiap orang yang sudah dibaptis Katolik untuk mensyukuri imannya, mendalami imannya, lebih menghidupinya imannya dan tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Sebab, iman yang sudah diterima itu sungguh besar, seperti yang setiap saat dinyatakan dalam Doa Syukur Agung: Sungguh Mulia Misteri Iman Kita….
2. (Ajaran EENS) tidak bertujuan menghukum atau mengucilkan umat dari agama lainnya. Hal tersebut dinyatakan secara gamblang dalam KGK butir 847: Penegasan ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya. Dengan kata lain, keselamatan pun dapat sampai pada mereka yang tidak dibaptis yang dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata (LG 16). Apa makna pernyataan ini?
Mari kita bayangkan situasi sebagai berikut. Kita meyakini bahwa setiap orang rindu berjumpa dengan Allah dan berbahagia sepenuhnya kalau hidup akrab denganNya. Itulah yang diajarkan setiap agama. Sekarang, setiap orang beragama mencari dan berusaha dekat dengan Allah. Mereka ini bukannya hidup tanpa rahmat sebab adanya panggilan untuk mencari Allah itu sendiri sudah merupakan rahmat.
Dan kita meyakini keakraban itu secara sangat nyata nampak dalam iman Kristen yang diterima dan dihayati Gereja. Kita bisa berkata dalam hati, ah seandainya mereka mengenal Allah sebagai Bapa yang mengasihi mereka; ah seandainya mereka tahu bahwa Yesus Kristus sudah wafat demi mereka; dan seterusnya.
Kembali saya tawarkan sebuah kesaksian lagi. Seorang anak SD pernah bercerita kepada saya dalam sebuah retret. Ia bercerita begini, “Romo, setiap kali saya berdoa Bapa Kami, saya merasakan dorongan untuk bercerita kepada setiap teman saya yang beragama lain bahwa Allah yang mereka sembah itu adalah Bapa mereka. Karena saya tidak pandai bicara, saya mau mengungkapkan cinta Allah sebagai Bapa mereka melalui perhatian dan perbuatan saya kepada mereka…“
Allah adalah Bapa setiap manusia. Tetapi apakah setiap manusia tahu itu? Yesus sudah wafat bagi setiap orang sebagaimana kita rayakan dalam Ekaristi: Inilah DarahKu yang ditumpahkan bagimu dan bagi setiap orang demi pengampunan dosa… tetapi apakah mereka tahu itu?
Apakah mereka yang tidak tahu itu diselamatkan? Apakah mereka yang tidak tahu tetapi sungguh-sungguh mencari Allah dapat diselamatkan? Gereja mengajarkan “ya, mereka juga diselamatkan” sebab setiap orang, dengan berbagai cara yang hanya diketahui oleh Allah dipersatukan ke dalam misteri Paskah (GS 22 ). Tetapi masalahnya, keselamatan dalam iman seagung itu tidak mereka kenal, mereka sudah dipeluk oleh keselamatan Allah tetapi mereka tidak mengenal siapa yang sudah merangkul mereka itu. Akibatnya, jawaban mereka juga jadi kurang terarah, kurang sempurna, kurang mendalam. Keselamatan seagung itu yang ditawarkan kepada mereka tidak mendapat tanggapan yang mendalam karena kurangnya pengetahuan iman.
Maka, EENS tidak bisa dipakai sebagai landasan untuk melihat bahwa orang-orang yang tidak dibaptis pasti masuk neraka. Tafsiran yang sempit atas EENS semacam itu justru dinyatakan bidaah oleh Gereja sendiri (lihat kasus romo Feeney di link berikut ini
http://en.wikipedia.org/wiki/Feeneyism).
3. Oleh karena itu, ajaran EENS menjadi landasan untuk karya misi Gereja, sebagaimana ditekankan dalam KGK butir 848 yang mengutip ajaran Konsili Vatikan II: Meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-Nya dapat menghantar manusia, yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang merupakan syarat mutlak untuk berkenan kepada-Nya, namun Gereja mempunyai keharusan sekaligus juga hak yang suci, untuk mewartakan Injil (AG 7).
Karena menerima perwahyuan yang begitu agung, laksana harta terpendam, Gereja diundang untuk mewartakannya kepada seluruh dunia. Keagungan iman tidak bisa dijadikan alasan untuk bersikap sombong. Keagungan iman yang diterima Gereja justru mengandung tugas perutusan untuk dibagikan dan diwartakan dengan beragam cara: lewat kesaksian hidup (seperti jemaat pertama dalam Kisah Para Rasul), lewat pewartaan iman (seperti yang dilakukan Paulus di depan orang-orang Yunani di Aeropagus) atau lewat pengajaran iman kepada mereka yang ingin tahu iman Kristen (seperti yang dibuat Filipus kepada seorang sida-sida dari Ethiopia).
Apakah mereka yang menerima pewartaan kita akan dibaptis? Hanya Allah yang dapat menambah jumlah anggota komunitas para murid Tuhan seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul. Tugas kita adalah mewartakan misteri iman yang begitu agung itu. Kita tidak bisa berdiam diri menerima anugerah iman sebesar itu. Keselamatan dalam Kristus harus mendapatkan tanggapan berdasarkan Kebenaran dalam Kristus. Dan keduanya harus diwartakan oleh Gereja yang telah diselamatkan dan dibenarkan oleh Kristus.
Begitu tanggapan saya. Moga membantu.
Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria melindungi
Lisieux, 15 Agustus 2012